Search something?

Minggu, 05 Oktober 2014

#30HariMenulisPuisi: Hari 3

Jika engkau memerlukan tamparan, sisihkanlah waktumu membaca refleksi puisi hari kedua. Bila engkau telah tertampar, kembali ke sini, maka engkau akan menyeringai :)


Hari Ketiga #30HariMenulisPuisi karena #MenulisPuisiItuSeksi


Mereka berikrar cinta laut, tapi takut air... -uopoiki-


Menggemparkan sukma yang berduka... -Manik Uni-
Aku dan kau masih menjunjung kita... -SitaSitoo-


Senang, gugup, deg-degan... -NikenStar-



Terik berganti senja dan kita berkendara... -Andre John-
Hanya saja, aku berbohong... -Perempuan Sore-



Pada hari ketiga, ada beragam tema yang disajikan para penulis. Ada satu kata yang muncul dan langsung menarik perhatian. Menurutmu, kata apakah itu?

Bagiku, bohong.

Ada berbagai jenis kebohongan. Pasir pantai yang tak lagi seindah sebelumnya. Adakah pasir itu membohongi pandangan mata kita? Kail dan umpan yang mencoba menjebak ikan-ikan agar tersangkut. Nyatanya, ikan tak mudah dibohongi.


Masih ada lagi. Manusia yang dengan lantang meneriakkan kecintaanya pada samudera. Apa yang terjadi? Saat air samudera ingin membasahi raganya, manusia justru berlari. Begitukah cinta? Begitukah cara manusia melegakan dahaga akan samudera? Ah, bohong!

Kau bilang suka, tapi kau hanya memberi ramuan dari toko obat untuk sakit hatiku. Kau bicara cinta, tapi kau tinggalkan aku tanpa pesan. Kau katakan sayang, tapi kau ingkari kata-katamu tentang kita. Kau ungkapkan kasih itu tak berbatas, tapi kau sendiri tak percaya dengannya. Begitukah cara manusia melepaskan dahaga akan cinta? Sekali lagi, bohong!

Dan kau pasti tak pernah tau, bawah itu membuat sukmaku gempar begitu hebat. Jiwaku meratap tanpa henti. Hatiku remuk redam. Semua karena kebohonganmu yang tak pernah lelah meracuniku.


Seperti itukah manusia? Manusia-manusia jahat, yang suka membantai hewan untuk dikurbankan bagi kepuasan perut semata. Manusia-manusia serakah, yang senang mematahkan ranting-ranting pohon untuk menjadi kayu bakar. Manusia-manusia kurang ajar, yang memecah belah batu menjadi patung untuk dipotret. Manusia-manusia lepas tanggung jawab, yang menyimpan sampah tanpa mengolahnya.

Pernahkah terpikirkan, betapa lelahnya alam melihat kebohongan menjijikkan yang tak pernah lelah ditampilkan tiap hari? Manusia-manusia licik yang bertingkah layaknya raja dan ratu semesta. Manusia yang menjaja asmara di dunia penuh dosa. Bagaikan kawanan domba yang terperangkap di tengah singa-singa buas, begitulah manusia tanpa gembala yang baik.


Lantas, ke manakah manusia pilihan Allah mengembara hingga ia tak tampak lagi di waktu-waktu terakhir ini? Pasti manusia pilihan Allah tak mudah berbohong kan? Tentunya ia jujur kan? Dan ia anti dengan pura-pura kan? Kembalilah, wahai manusia pilihan Allah!

Aku hanya ingin mengatakan pada hitam bola matanya, bahwa kita masih ada di sini. Kita yang dahulu rajin memadu suara. Kita yang selalu berkendara menikmati senja. Kita yang saling hahaha di masa lampau. Aku kangen tentang rupa-rupa kita yang penuh cinta. Aku minta dia tahu bahwa aku senang, gugup, dan deg-degan. Aku dan dia memang pas.


Tapi, kau tahu kalau aku bohong kepadanya, kepada manusia pilihan Allah, sang gembala yang baik. Bohong yang seksi, kan? :)


Sekarang, aku tidak berbohong, kau akan mengeja banyak kata di sini :)


Tidak ada komentar: