Search something?

Rabu, 11 Maret 2015

Tak Terbendung di Bandung

Bandung, kota yang suasananya amat mendukung untuk jatuh cinta. Pertama kali aku terpikir tentang Bandung adalah bulan Juni 2010, waktu aku berhasil mengukir nama di selembar ijazah. Dengan begitu saja aku punya rencana berkunjung ke Bandung. Bersama seorang kawan, aku menikmati satu hari perjalanan nan menawan di Bandung. Aku, gadis muda yang terbiasa dengan keadaan desa, menjadi terpana karena pesona Bandung.



Keinginan merasakan sensasi dingin Tangkuban Perahu pun terwujud di siang itu. Senyumku selalu mengembang. Lantas, sang kawan mengajakku menuju kawasan Cihampelas. Tak pernah terbayang bahwa senja itu aku akan mondar-mandir gembira ria di bagian atas Cihampelas Walk. Ah, Bandung! Satu hari di Bandung itu diakhiri dengan menyantap semangkuk sup buntut di Paris Van Java. Sungguh manis!

Kenangan pertama berbekas sempurna di jiwa. Tak ingin menunggu lama, enam bulan kemudian, pada akhir Desember 2010, sekali lagi aku kembali ke Bandung. Tak hanya satu hari, tapi enam hari. Hati terasa berseri-seri. Menginap di rumah seorang rekan, menonton pertunjukkan angklung Udjo, menggigil di Kawah Putih, ngemil lezatnya kue serabi, ngopi malam hari di Dago, karaoke bersama muda-mudi Bandung yang baru ku kenal, berburu pakaian di Cimol, beribadah di Katedral Santo Petrus, berjalan kaki santai di Minggu pagi, hingga bersepeda keliling Braga. Betapa bahagianya! Tak lupa, aku juga mencoba kereta Malabar dari Bandung untuk pulang ke Blitar.


Berikutnya, bulan Oktober 2012 aku berlibur tiga hari di Bandung, di tengah-tengah kerja lembur. Tak sanggup aku membendung jatuh hati pada kota ini. Segera ku beli tiket pesawat dari Surabaya. Akhirnya, sampai pula aku di Bandara Husein Sastranegara. Lega! Ku cari ojek untuk mengantarku ke tempat tinggal seorang kenalan. Sepeda, motor, mobil, kereta, pesawat. Semuanya telah ku lalui selama di Bandung. Termasuk aku sudah duduk cantik di kereta Argo Parahayan yang bersejarah itu.

Pada kesempatan ketiga di Bandung, ku kagumi tanpa henti karya agung Nyoman Nu Arta. Ku jelajahi dengan berani seluruh wahana Trans Studio. Ku coba katsu ramen dan strawberry smoothie di Kedai Lingling. Mengenang memori-memori itu serasa nyata.

Setelah tiga tahun, kini aku harus ke Bandung sekali lagi! Aku hendak menulis lebih banyak tentang romantisme Bandung dengan puitis.

Menempati satu ruang istimewa di Sheraton Bandung Hotel & Towers selama dua hari satu malam bukan sekadar mimpi yang tak tergapai. Ini pasti menjadi akhir pekan yang mengesankan. Gambaran demi gambaran pun berkelebat di angan.

Sabtu pagi nan ceria, turun dari kereta api, aku akan menuju langsung menuju Warung Peek-a-boo. Aku ingin menjadi pembeli pertama di sana. Tentu saja kue cubit yang akan ku beli di situ. Tiga rasa yang ingin ku coba adalah green tea dengan topping Kitkat, taro dengan topping marshmallow, dan bubble gum dengan topping Oreo. Wohoo!

Lalu, aku akan melanjutkan kelana ke museum pos. Mengapa ke sana? Karena di sanalah terekam jejak pos Indonesia. Aku yang suka menggunakan jasa pos dan berkirim kartupos wajib mengerti sejarah pos Indonesia. Tahukah anda bahwa mengunjungi museum-museum pos di mana pun adanya adalah salah satu impianku? :)

 
Aku juga bermaksud mampir ke kantor pos yang berdekatan dengan museum pos. Saat itu juga, aku ingin mengirim kartupos Bandung kepada mereka yang ku kasihi. Mungkin tiga atau empat kartupos. Seperti biasa, setiap pesan akan ku tuliskan dengan rapi dan sepenuh hati.

Setelah urusan pos beres, aku akan melakukan check-in di Sheraton Bandung Hotel & Towers. Menurut Pergi Dulu, proses check-in di sini mudah dengan layanan ramah dari para staf. Oiya, ada welcome snack yang disediakan. Ah, ini akan membuat lidahku menari. Tampaknya aku tertarik untuk memesan makan siang lewat room service yang ditawarkan Sheraton Bandung. Kemudian, aku akan beristirahat supaya badan tetap kuat. Istirahat sembari memandangi alam Bandung dari kamar jendela kamar. Kesegaran pasti segera terasa.

Dengan hawa Sabtu sore nan segar jiwa raga aku ingin sejenak berkeliling lokasi Sheraton Bandung Hotel & Towers. Lalu, aku ingin menghabiskan Sabtu malam dengan nongkrong bersama kawan-kawan lama. Aku ingin bernostalgia tentang masa indah yang telah berlalu. Mungkin dua atau tiga jam yang akan ku perlukan.

Tempat nongkrong yang aku akan pilih adalah Cups, sebuah kafe kopi yang berlokasi di Jalan Trunojoyo. Mengapa di sana? Pertama, karena aku suka kopi. Kedua, karena aku merasa, saat aku tiba di Bandung nanti, aku akan kangen dengan menu semacam sandwich, burger, dan hotdog. Ketiga, keunikan fasilitas yang ada di Cups yang asyik untuk dipotret :)



Sebelum malam terlalu larut, aku akan menyudahi reuni, dan bergegas kembali ke Sheraton Bandung untuk tidur. Aku tak mau berlambat bangun, sebab Minggu pagi aku ingin pergi ke Tebing Keraton yang sedang populer. Menyusuri alam nan asri sambil bermandi sinar mentari. Aku ingin berpuas diri di sana.

Sesudahnya, aku kembali ke Sheraton Bandung dan menikmati aromatherapy massage (60 minutes). Nikmatnya pijatan dan wanginya aroma seolah-olah sudah ku rasakan saat ini. Bersamaan dengan check-out, aku akan menikmati jamuan Sunday Brunch dari Feast Restaurant yang menggoda selera. Ya, aku mudah jatuh cinta pada menu all-you-can-eat. Ah, tak sabar lagi! :)

Badan segar bugar dan waktu terus berjalan. Minggu sore aku ingin menghadiri ekaristi kudus di Gereja Katolik Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria. Mungkin hanya doa dan nyanyian syukur yang mampu ku panjatkan saat nanti atas segala karunia dan rahmat. Petualangan di Bandung akan aku akhiri dengan kuliner di Whatever Combi. Menu yang akan ku pilih adalah sloopy do, donut grilled, dan segelas kopi.

Memang aku ingin menjadikan liburan di Bandung kali ini cukup berbeda dengan biasanya. Bukan soal jumlah banyaknya tempat yang aku kunjungi. Tapi tentang kualitas perjalanan dan perjumpaan yang aku alami. Agar seusai kembali dari Bandung, senyumku senantiasa berkembang dan tak terbendung. Senyum yang rasa-rasanya sulit aku sembunyikan :)


Tidak ada komentar: