Dulu
aku kira Hatori adalah sejenis ninja yang jadi juru kunci gunung Fuji seperti
sosok Mbah Maridjan sebagai juru kunci Gunung Merapi. Dulu aku sangka para
pendaki gunung itu hanyalah orang-orang berotot kuat bertulang besi layaknya
Gatot Kaca, sang wayang jagoan. Ternyata tidak! Aku yang berbadan kurus dan
seksi pun bisa naik gunung! Kali ini aku berkisah tentang pengalamanku merantau
di gunung yang terletak di negeri seberang, Taiwan.
Di
Taiwan ada satu pegunungan yang ngetop dan hip hip hore. Namanya Yangmingshan. Areanya
meliputi 7 daerah kekuasaan: Shilin, Beitou, Tamsui, Sanzhi, Shimen, Jinshan
dan Wanli. Bayangkan luasnya? Puncak-puncaknya ada 5 gerombolan gunung yang mirip
gerombolan Siberat, yaitu Xiangtian, Miantian, Datun, Xiaoguanyin dan Qixing.
Tenang!
Kamu tidak perlu memanggul peralatan khusus seperti yang ada di punggung
kura-kura ninja untuk mendaki Yangmingshan. Kamu juga tidak harus berbadan
sekekar Hulk untuk menaklukkan Yangmingshan. Tapi, mungkin kamu perlu jadi juru
kunci Yangminshan untuk bisa tuntas menjelajahinya. Lowongan nih! Tertarik? :p
Pada
kunjunganku yang ketiga di Yangminshan, barulah aku sadar bahwa pegunungan ini
teramat ramah untuk segala usia. Hampir seluruh tanahnya tertutup sempurna
dengan rerumputan yang hijau dan segar. Bahkan, saking suburnya sapi, kambing
dan dombapun tidak mau lagi kembali ke kandangnya kalau sudah merumput di
Yangmingshan.
Wangi
belerang yang ada di kawasan Xiaoyoukeng langsung membawa ingatanku ke
Tangkuban Perahu. Yaa, wangi yang sangat khas! Asapnya mengepul. Aah aku suka
bagian ini. Kencangnya angina bertiup tak terasa lagi karena hangatnya belerang
yang merebak sampai ke dasar hati terdalam.
Kali
kedua berada di Yangmingshan, aku terkagum dengan variasi pengunjungnya. Ada
pasangan muda-mudi yang bermesraan dhiasi indahnya bunga sakura. Ada keluarga
yang menggelar tikar di lapangan rumputnya. Ada orang-orang lanjut usia yang
menghirup sejuknya udara di atas kursi roda mereka. Ada anak-anak TK bersama
gurunya sedang asyik berkeliling. Ada pula aku yang sedang terbengong-bengong. Kebiasaan yang tak pernah hilang jika aku berada di gunung. Yaa, ini sikap
bung!
Saat
itu aku hanya menguntit temanku yang sedang merayakan kelulusan dari bangku
kuliah. Di antara kerumunan manusia, dia memakai toga dan berpose dengan
kepercayaan diri yang setinggi langit ketujuh. Pernahkah kamu melihat orang
mengenakan pakaian wisuda di pegunungan?
Saat
pertama kali, aku dan dua temanku hanya mencoba-coba ke Yangmingshan. Saat itu
musim dingin, suhu berkisar di 10’ Celcius. Kabut menghampiri hidung mancung
kami. Kami mengendus-endus ke mana sebaiknya kaki melangkah. Yaa, kami tersesat
karena tidak menyangka bahwa Yangmingshan sebombastis itu. Kami 3 serangkai
yang tersesat tapi bangga sebagai orang Indonesia!
Akhirnya
kami mengikuti jejak para turis Jepang yang memilih jalur trail Erziping
sepanjang 2 km. Dengan iringan musik Jepang yang diputar turis-turis itu, kami
tidak mengeluh, tepatnya tidak sempat! Mata kami terlanjur terpukau akan
deretan pepohohan yang seolah-olah bergotong royong melindungi kami dari
terjangan angin musim dingin.
Setelah
menempuh 60 menit perjalanan, sampailah kami di sebuah danau mungil nan cantik
eksotik dengan latar belakang bukit dan sakura. Suara kami riuh rendah.
Teriakan kami tertahan di tenggorokan. Danau Erziping di Yangminshan ini
terlalu keren kalau harus diisi dengan keramaian. Tenang dan damai. Itulah yang
kami nikmati.
Jika
ada kesempatan, aku sungguh ingin mengajak orang tuaku ke Yangmingshan. Ibu dan
bapakku yang kekuatan raganya tak lagi setegar remaja, pasti akan bahagia
berada di Yangmingshan. Mengapa? Karena Yengminshan tidak pilih kasih. Ia tidak
mengkhususkan dirinya hanya untuk para pendaki hebat. Ia tidak membuat
pengunjungnya putus asa. Ia hanya ingin memberikan momen berkesan bagi setiap
hati yang jatuh di bagian manapun dari tanah Yangmingshan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar